Subscribe:

Ads 468x60px

Selasa, 16 Juli 2013

Awal Mula Putra-Putri Altar


Pengertian Putra-Putri Altar


Putra-Putri altar atau sering juga disebut sebagai misdinar (Belanda : misdienarr) adalah satu posisi dalam Gereja Katolik yang diperuntukkan bagi umat awam dan kaum klerus yang belum mendapatkan Sakramen Imamat Suci, namun dikarenakan posisi ini banyak diisi oleh kaum awam maka dalam pandangan umat, posisi  ini lebih dikaitkan dengan peran umat awam.

Pada awalnya misdinar (Latin : acolite) adalah para frater. Selama masa pendidikannya, Gereja menganjurkan agar para frater minimal pernah menjadi baik sebagai putra altar maupun sebagai seremonarius (sebagai tambahan; seremoniarius adalah seseorang dalam Misa Kudus yang bertugas untuk mengatur agar Misa Kudus berjalan dengan lancar, baik dengan mengoordinasi selebran maupun umat dan petugas liturgi). Hal ini yang berdampak secara langsung kepada hal-hal berikut ini :

1. Pakaian liturgi resmi putra altar dari Takhta Suci Vatikan adalah jubah hitam (cassock) dipadukan dengan superpli, dikarenakan jubah hitam adalah pakaian sehari-hari para biarawan-biarawati zaman dahulu dan warna hitam melambangkan keadaan manusia yang penuh dosa (pengecualian dilakukan bagi para klerus yang berdomisili di daerah tropis; dikarenakan iklim yang cukup panas, diberikan privilese khusus dengan diperkenankan mengenakan jubah berwarna putih yang seharusnya hanya menjadi hak pribadi dan istimewa Paus).
2. istilah putra altar, karena sampai Konsili Vatikan II, hanya para frater yang menjalani tugas sebagai putra altar; kemudian Gereja membuka jalan bagi mereka yang mau melayani Tuhan dengan membantu imam selebran di altar namun tidak ingin menjalani kehidupan membiara dengan menjadi putra altar (penting ! sampai saat tersebut, hanya yang berjenis kelamin pria yang diperbolehkan; baik sudah menikah ataupun belum, dengan syarat usia minimal tertentu). Sampai pada Konsili Vatikan II, Gereja membuka jalan selebar-lebarnya bagi umat yang ingin berpartisipasi memeriahkan liturgi dan Misa Kudus dengan cara yang wajar dan berkenan kepada Allah, tanpa merusak keindahan liturgi itu sendiri. Pada masa itulah, istilah putri altar muncul dengan diperkenankannya mereka yang berjenis kelamin wanita ikut melayani sebagai misdinar di altar Tuhan.
Pada dasarnya tugas seorang putra atau putri altar adalah membantu imam selebran atau konselebran dalam memimpin Misa Kudus. Berikut rincian tugas mereka (baik dalam Misa biasa, Misa Hari Raya, atau Misa yang dipimpin oleh Uskup) :
1. Membawakan salib, lilin bernyala, wiruk dan dupa saat perarakan (Misa Hari Raya) atau tongkat uskup (Misa yang dipimpin oleh uskup; dengan turut mengenakan velum).
2. Mendupai imam selebran pada saat pembukaan setelah sampai di altar dan imam mendupai altar (apabila ada imam konselebran, maka tugas mendupai imam selebran diserahkan kepadanya, demikian pula jika ada uskup), (MISA HARI RAYA).
3. Kembali mendupai imam (jika dipimpin oleh imam selebran, maka yang didupai adalah dirinya, namun jika terdapat imam konselebran atau uskup, maka yang didupai ialah imam yang diberikan tugas membaca Injil) pada saat imam mempersiapkan diri untuk membaca Injil (pada saat Bait Pengantar Injil) (MISA HARI RAYA)
4. Membawa lilin bernyala pada saat imam membaca Bacaan Injil,
5. Membantu imam mengambil persembahan (jika umat yang menghantarkan persembahan),
6. Mengantarkan materi-materi Ekaristis ke altar (piala, sibori, ampul, wadah lavabo, dan lavabo),

Catatan penting !

Urutan 1 set piala : KORPORALE - PALLA - HOSTI - PATENA - PURIFIKATORIUM - PIALA


7. Menghantarkan wiruk bagi imam untuk mendupai materi Ekaristi setelah imam mengucapkan doa persiapan Ekaristi dan kemudian dilanjutkan dengan mendupai umat, (MISA HARI RAYA)

8. Mendupai pada saat konsekrasi (MISA HARI RAYA),

9. Membunyikan tanda-tanda tertentu pada saat Doa Syukur Agung (lonceng, gong, dll), yang telah disetujui oleh Gereja,

10. Membawa lilin bernyala pada saat pembagian komuni,

11. Membawa kembali 1 set piala dan sibori ke meja credens, dan

12. Membawa salib dan tongkat uskup dengan mengenakan velum pada saat perarakan (MISA HARI RAYA).

Keberadaan para misdinar di panti imam (sanctuarium) memberikan dampak langsung bagi keberlangsungan Misa karena secara jelas umat melihat ada pihak lain selain imam dan petugas liturgi yang berada di altar dan ini berarti pandangan umat bisa semakin terbagi-bagi dan bisa saja mengakibatkan umat tidak fokus selama Misa Kudus berlangsung. Oleh karena itu, setiap putra/putri altar yang bertugas diwajibkan untuk menjaga sikap dan bahasa selama bertugas dalam Misa. Hal ini tidak lain bertujuan untuk menjaga khidmatnya Misa Kudus dan sekaligus memberikan teladan bagi umat bagaimana mengikuti Misa Kudus dengan benar.

Berkaitan dengan kalimat terakhir, jelas bagi kita, secara tidak langsung, misdinar menjadi pewarta Gereja dalam hal memberitahukan kepada umat tata cara yang benar bagi umat dalam mengikuti Misa karena tata gerak yang dilakukan oleh misdinar selama Misa berlangsung adalah tata gerak yang sama dengan umat, namun berbeda dengan imam.

Hal kedua, misdinar memperoleh bagian khusus dalam misteri Ekaristi. Misdinar bersama-sama dengan imam selebran, mengambil bagian langsung dalam misteri agung iman tersebut. Misdinar menghantarkan materi Ekaristi dan imam yang mempersembahkannya kepada Allah. Setelah dikonsekrasi, misdinar berada dalam jarak yang paling dekat kedua dengan Allah yang mewujud dalam Tubuh dan Darah Kristus, setelah imam sendiri. Curahan rahmat Ekaristi yang begitu melimpah, baik disadari atau tidak, lebih dahulu turun kepada para misdinar, daripada kepada umat. Demikian pula, misdinar memperoleh pengetahuan yang lebih baik tentang Ekaristi daripada umat.

Begitu banyak rahmat yang dicurahkan Allah kepada mereka yang bersedia untuk melayani-Nya di altar dengan menjadi putra-putri altar. Namun, begitu amat sering pula, Allah bersedih hati melihat putra-putri altar-Nya malah melakukan tindakan-tindakan yang tidak layak selama mereka bertugas di altar. Tindakan-tindakan yang malah mencemarkan liturgi dan Misa Kudus itu sendiri.

Allah merindukan semakin banyak putra dan putri-Nya datang untuk melayani-Nya dalam Misa Kudus. Ia menantikan mereka yang mau dicurahkan rahmat oleh-Nya karena rahmat-Nya yang begitu berlimpah dan tanpa habis. Ia menunggu Anda untuk melayani sesama dalam Misa Kudus bukan hanya itu saja, dan Ia menunggu Anda untuk dikaruniai rahmat suci Ekaristi. Rahmat suci yang hanya bisa diberikan oleh Allah semata, bahkan tidak jarang, para misdinar dikaruniai rahmat yang tidak pernah didapatkan oleh orang lain dan rahmat yang paling tinggi juga pernah diraih oleh banyak putra-putri altar, yakni menjadi orang-orang kudus.

Selamat melayani.

Cintailah Tuhan dalam tugasmu.

0 komentar: