Subscribe:

Ads 468x60px

Featured Posts

Senin, 05 Agustus 2013

Selamat Jalan "Robertus Dwi Yunanto Putro"

Syalom semua nya..
Minggu tanggal 04 Agustus 2013, kami putra-putri altar santo Aloysius Gonzaga Cijantung mendapat berita duka bahwa sahabat kami "Robertus Dwi Yunanto Putro" telah kembali kerumah Bapa.
Banyak saudara, kerabat yang hadir untuk melihat sahabat kami Yunan untuk terakhir kali nya.
Yunan adalah pribadi yang sangat menyenangkan, selalu murah senyum ke semua orang yang dia jumpai, dan terkadang saat setiap kali pertemuan pasti ada aja kejahilan yang Yunan lakukan tetapi dia tetap sahabat yang "Peduli".
Pada misa requiem yang dipimpin oleh Rm. Romanus, Pr ada kesaksian dari Mas Eko tentang Yunan pada akhir misa, mas Eko menyampaikan kepada kami semua para saudara, sahabat yang hadir di rumah sakit cipto mangunkusomo bahwa Yunan adalah pribadi yang "Sabar, Tidak pernah mau merepotkan orang (setiap kali Yunan pulang ke Jakarta dan sampai jam 3 subuh di Jakarta dia tidak pernah mengetok pintu karena tidak ingin membangunkan orang rumah jadi Yunan tidur di teras depan sampai menunggu saya terbangun), Tegar (pada kelas 3 SD Yunan harus menerima kenyataan pahit bahwa ayahnya harus kembali kerumah bapa, saya tau dia terpukul tetapi dia tetap tegar menerima kenyataan itu). Mas Eko juga bilang bahwa seminggu sebelumnya ia berhubungan dengan Yunan lewat telephone hampir 1 jam, dalam percakapan itu Yunan menyampaikan banyak mimpi yang ingin dia raih, Yunan ingin lulus kuliah lebih cepat dan kata terakhir dari percakapan di telepon itu "Mas, aku rindu bapak".
Hari minggu tanggal 04 Agustus pagi Yunan berangkat bersama teman-temannya ke kepulauan seribu dan Yunan pamit kepada mas Eko karena ibu nya sedang berada di Jogja, kata terakhir Yunan sebelum pergi "Mas, hati-hati soalnya aku mau pergi jauh dan tolong jaga ibu"
Kita memang kehilangan tetapi seiring berjalannya waktu kita semua harus "mengikhlaskan", karena kita harus percaya bahwa Tuhan lebih menyayangi Yunan dan lebih tau yang terbaik untuknya.
1 hal yang bisa dipelajari dari seorang Yunan adalah bahwa Yunan pribadi yang "Optimis dalam menjalani kehidupan" jadi untuk kita semua yang masih berziarah dalam kehidupan harus belajar tentang optimis dari Yunan.
Selamat Jalan Yunan, kami disini mendoakanmu dan tolong doa kan kami agar kami berhati-hati dalam menjalani kehidupan kami. Sampai bertemu di rumah Bapa
We love you

Selasa, 30 Juli 2013

Retreat "Bukit Kehidupan"

Syalom semua nya. Pada kesempatan lalu, sudah diberitahukan bahwa kami habis mengikuti acara retreat pada tanggal 28-29 Juni 2013 di Bukit Kehidupan. Pengalaman 3 hari 2 malam yang sangat syuper itu benar-benar membuktikan "Semangat" yang luar biasa walaupun hari ke 2 sangat menguras tenaga dengan games outdoor tetapi tetap semangat. hihiihi
Semoga semangat teman-teman dapat disalurkan dengan "Semangat Pelayanan" teman-teman juga ya.


Senin, 22 Juli 2013

Bagian dari Putra-Putri Altar St. Aloysius Gonzaga

Syallom semua nya.. Apa kabar ? Semoga semua selalu dalam lindungan Tuhan ya teman-teman.
Pada kesempatan kali ini, kami ingin membahas tentang teman-teman yang sebagian dari Putra-Putri Altar St. Aloysius Gonzaga yang memilih jalan hidup sebagai "Imam", kami yakin bukan hanya di paroki kami tetapi di paroki teman-teman juga ada kan? (Wah beruntung sekali yaa dan harus di syukuri peristiwa ini).
Teman-teman tau Rm. Rudi Hartono ? itu loh yang ABG (anak belakang gereja karena rumah Rm. Rudi persis dibelakang gereja..hehehe), kami mendapatkan informasi yang akurat dan sangat dipercaya karena dapat dari Rm. Rudi Hartono nya langsung bahwa Rm. Rudi Hartono itu jebolan dari Putra-Putri Altar St. Aloysius Gonzaga, Cijantung dan kata nya waktu menjadi putra-putri altar pernah menjadi menjabat sebagai "Ketua Putra-Putri Altar"  loh (Semoga ketua putra-putri altar yang sekarang "Refi" bisa mengikuti jejak Rm. Rudi ya. Amin). Kalau dari teman-teman yang mempunyai informasi tentang Pastor yang berasal dari paroki St. Aloysius Gonzaga Cijantung yang dulu pernah menjadi putra-putri altar, boleh info nya ya.
Setelah Rm. Rudi Hartono apa teman-teman tahu Diakon Angga? Mungkin dari sebagian teman-teman sudah tahu bahwa Diakon Angga juga salah satu jebolan dari putra-putri altar St. Aloysius Gonzaga. Sekilas tentang Diakon Angga yaa kata nya waktu menjadi putra-putri altar pernah di "Pecat" (Apa? ceritanya sich kaget gitu..hihihi) menjadi putra-putri altar loh sama Rm. Wiryo Wardoyo yang waktu itu menjabat sebagai pastor kepala di paroki kami. Kenapa bisa di pecat ? Karena Diakon Angga waktu bertugas membawa "roti bakar" kata nya sich "Saya kan gak mau kalah sama Romo nya, masa Romo nya saja yang boleh makan roti" (hihihihi.. lucu ya pengalaman Diakon Angga, eits tetapi JANGAN DITIRU yaaa ini buat pembelajaran kita saja). Masih inget apa yang disampaikan Rm. Wiryo pada saat perlombaan putra-putri altar se-KAJ di Seminari Menengah Wacana Bakti tentang putra-putri altar Cijantung? Begini kata Rm. Wiryo "Yah beginilah putra-putri altar Cijantung dari dulu saya bertugas disana tetap "Begajulan" tetapi tidak ada yang menyangka kan walaupun "Begajulan" seperti mereka sebagian bisa jadi seorang "Pastor" jadi semua itu harus disyukuri".
Hmmm.. Rm. Rudi sudah, Diakon Angga juga sudah nah sekarang Frater Moki atau teman-teman biasanya akrab dengan sebutan "Ka Steven". Frater Moki waktu masih menjadi putra-putri altar pernah menjadi "Bendahara" dan "Sie. Diklat" juga loh (waaaah banyak sekali yah..hihihi). Dulu sebelum Frater Moki menjadi putra-putri altar Frater Moki sering tidur loh selama misa dan duduk nya paling depan (tapi sekarang sudah engga kan ya Frater ? hehehe). Frater Moki jika ada waktu kosong maen ke Cijantung yaaa (janji deh kali ini bakalan dapat sambutan hangat..hihihihi).
Nah yang jadi pastor sudah, diakon sudah, frater juga sudah tetapi ada juga loh teman-teman yang masih menjalani masa pembelajaran di seminari yaitu Leander, Calvo, dan Country mereka bertiga memilih "Seminari Stelamaris" untuk menguatkan panggilan hidup mereka menjadi "Imam".
Setiap orang mempunyai "Jalan Hidup Masing-Masing" entah itu menjadi seorang biarawan/biarawati maupun awam dan teman-teman bebas memilih kok tetapi harus tetap menjadi "Pelayan Tuhan yang SETIA". Untuk Rm. Rudi, Diakon Angga, Frater Moki, Leander, Calvo, Country dan semua yang memilih hidup menjadi seorang "Biarawan/Biarawati" doa kami selalu menyertai kalian dan semoga tugas pelayanannya dapat di jalankan dengan penuh kerendahan hati. Amin
Tuhan Yesus memberkati dan Bunda Maria mendoakan kita.

Rabu, 17 Juli 2013

Terimakasih untuk 2 Tahun yang Syuper=)

Syalom semuanya..
Oh iya pada tautan sebelumnya teman-teman semua sudah tau dengan kepengurusan yang baru kan?
Tapi jangan lupa juga bahwa sebelumnya di kepengurusan periode tahun 2011-2013 sangat bekerja "syuper" sekali jadi "Terimakasih untuk masa kepengurusan selama 2 tahun terhitung dari tahun 2011-2013". Banyak kegiatan positif yang dilakukan selama kepengurusan sebelumnya, suka duka dan kekompakan. Terimakasih =)

Untuk teman-teman pengurus yang terpilih lagi "semangat" ya buat pelayanan nya.


God Bless you guys

Alat-Alat Misa

PATENA

NAVIKULA

PERLENGKAPAN PIALA

PIALA 

AMPUL

ASPERGILUM

LAVABO

MONSTRAN

PURIFICATORIUM

PIKSIS

Mengenal Lebih Dekat Alat-Alat Misa



Syalom semua nya untuk pembahasan selanjutnya kami akan membahas alat-alat misa yang ada di gereja, teman-teman pasti tidak asing lagi dengan alat-alat misa yang ada dibawah ini tetapi "mungkin" dari sebagian teman-teman ada yang lupa dengan alat-alat misa ini. Yuk kita intip alat-alat misa nya, hitung-hitung menambah wawasan juga loh ....
 


PIALA (calix = cawan)
Piala adalah cawan yang menjadi tempat anggur untuk dikonsekrasikan, dimana sesudah konsekrasi menjadi tempat untuk Darah Mahasuci Kristus. Melihat fungsinya, maka Piala harus dibuat dari logam mulia. Piala melambangkan cawan yang dipergunakan Tuhan kita pada Perjamuan Malam Terakhir di mana Ia untuk pertama kalinya mempersembahkan Darah-Nya.
Piala melambangkan cawan Sengsara Kristus (“Ya Abba, ya Bapa, tidak ada yang mustahil bagi-Mu, ambillah cawan ini dari pada-Ku,” Mrk 14:36); dan yang terakhir, piala melambangkan Hati Yesus, dari mana mengalirlah Darah-Nya demi penebusan kita.

PURIFIKATORIUM
Berasal dari bahasa Latin “purificatorium”, yaitu sehelai kain lenan berwarna putih berbentuk segi empat untuk membersihkan piala, sibori dan patena. Sesudah dipergunakan, purifikatorium dilipat tiga memanjang lalu diletakkan di atas piala.

PATENA 

Berasal dari bahasa Latin yang artinya “piring”. Patena, yang sekarang berbentuk bundar,datar, dan dirancang untuk roti pemimpin Perayaan Ekaristi, aslinya sungguh sebuah piring. Dengan munculnya roti-roti kecil yang dibuat khusus untuk umat yang biasanya disimpan dalam sibori, fungsi dari patena sebagai piring menghilang. Maka bentuknya menjadi lebih kecil (Sejak abad 11). Menurut PUMR 2000, "untuk konsekrasi hosti, sebaiknya digunakan patena yang besar, di mana ditampung hosti, baik untuk imam dan diakon, maupun untuk para pelayan dan umat (No. 331).
Patena, hendaknya dibuat serasi dengan pialanya, dari bahan yang sama dengan piala, yaitu dari emas atau setidak-tidaknya disepuh emas. Patena diletakkan di atas purifikatorium.


PALLA
 
Berasal dari bahasa Latin palla corporalis yang berarti kain untukTubuh Tuhan, adalah kain lenan putih yang keras dan kaku seperti papan, berbentuk bujursangkar, dipergunakan untuk menutup piala.
Palla melambangkan batu makam yang digulingkan para prajurit Romawi untuk menutup pintu masuk ke makam Yesus. Palla diletakkan di atas Patena.


CORPORALE
Sehelai kain lenan putih berbentuk bujur sangkar dengan gambar salib kecil di tengahnya. Seringkali pinggiran korporale dihiasi dengan renda.
Dalam perayaan Ekaristi, imam membentangkan korporale di atas altar sebagai alas untuk bejana-bejana suci roti dan anggur. Setelah selesai dipergunakan,korporale dilipat menjadi tiga memanjang, lalu dilipat menjadi tiga lagi dari samping dan ditempatkan di atas Palla.

Urutan aturan
menyusun peralatan-peralatan tersebut di atas adalah sebagai berikut :

Piala
Purifikatorium+sendok kecil
Patena (dengan hosti besar diatasnya)
Pala
Corporal



SIBORI 

Berasal dari bahasa Latin “cyborium” yang berarti “piala dari logam”,adalah bejana serupa piala, tetapi dengan tutup di atasnya. Sibori adalah wadah untuk roti-roti kecil yang akan dibagikan dalam Komuni kepada umat beriman. Sibori dibuat dari logam mulia, bagian dalamnya biasa dibuat dari emas atau disepuh emas.

PIKSIS
Berasal dari bahasa Latin “pyx” yang berarti “kotak”, adalah sebuah wadah kecil berbentuk bundar dengan engsel penutup, serupa wadah jam kuno. Piksis biasanya dibuat dari emas. Piksis dipergunakan untuk menyimpan Sakramen Mahakudus, yang akan dihantarkan kepada mereka yang sakit, atau yang akan ditahtakan dalam kebaktian kepada Sakramen Mahakudus.


MONSTRANS 

Berasal dari bahasa Latin “monstrans, monstrare” yang berarti“mempertontonkan”, adalah bejana suci tempat Sakramen Mahakudus ditahtakan atau dibawa dalam prosesi.


AMPUL
Adalah dua bejana yang dibuat dari kaca atau logam, bentuknya seperti buyung kecil dengan tutup di atasnya. Ampul adalah bejana-bejana darimana imam atau diakon menuangkan air dan anggur ke dalam piala. Selalu ada dua ampul di atas meja kredens dalam setiap Misa.


LAVABO 

Berasal dari bahasa Latin “lavare” yang berarti “membasuh”, adalah bejana berbentuk seperti buyung kecil, atau dapat juga berupa mangkuk,tempat menampung air bersih yang dipergunakan imam untuk membasuh tangan sesudah persiapan persembahan. Sebuah lap biasanya menyertai lavabo untuk dipergunakan mengeringkan tangan imam.


TURIBULUM
(disebut juga Pedupaan/wiruk), berasal dari bahasa Latin “thuris” yang berarti “dupa”, adalah bejana di mana dupa dibakar untuk pendupaan liturgis. Turibulum terdiri dari suatu badan dari logam dengan tutupterpisah yang menudungi suatu wadah untuk arang dan dupa; turibulumdibawa dan diayun-ayunkan dengan tiga rantai yang dipasang padabadannya, sementara rantai keempat digunakan untuk menggerak-gerakkantutupnya. Pada turibulum dipasang bara api, lalu di atasnya ditaburkanserbuk dupa sehingga asap dupa membubung dan menyebarkan bau harum.Dupa adalah harum-haruman yang dibakar pada kesempatan-kesempatanistimewa, seperti pada Misa yang meriah dan Pujian kepada Sakramen Mahakudus.


NAVIKULA
(disebut juga Wadah Dupa) adalah bejana tempat menyimpan serbuk dupa. Dupa adalah getah yang harum dan rempah-rempah yang diambil daritanam-tanaman, biasanya dibakar dengan campuran tambahan gunamenjadikan asapnya lebih tebal dan aromanya lebih harum. Asap dupa yangdibakar naik ke atas melambangkan naiknya doa-doa umat beriman kepadaTuhan. Ada pada kita catatan mengenai penggunaan dupa bahkan sejak awalkisah Perjanjian Lama. Secara simbolis dupa melambangkan semangat umatKristiani yang berkobar-kobar, harum mewangi keutamaan-keutamaan dannaiknya doa-doa dan perbuatan-perbuatan baik kepada Tuhan.

ASPERGILUM
Berasal dari bahasa Latin “aspergere” yang berarti “mereciki”, adalahsebatang tongkat pendek, di ujungnya terdapat sebuah bola logam yangberlubang-lubang, dipergunakan untuk merecikkan air suci pada orangatau benda dalam Asperges dan pemberkatan. Bejana Air Suci adalah wadahyang dipergunakan untuk menampung air suci; ke dalamnya aspergilumdicelupkan.


SACRAMENTARIUM
atau Buku Misa adalah buku pegangan imam pada waktu memimpin perayaan Ekaristi, berisi doa-doa dan tata perayaan Ekaristi.





Selasa, 16 Juli 2013

Awal Mula Putra-Putri Altar


Pengertian Putra-Putri Altar


Putra-Putri altar atau sering juga disebut sebagai misdinar (Belanda : misdienarr) adalah satu posisi dalam Gereja Katolik yang diperuntukkan bagi umat awam dan kaum klerus yang belum mendapatkan Sakramen Imamat Suci, namun dikarenakan posisi ini banyak diisi oleh kaum awam maka dalam pandangan umat, posisi  ini lebih dikaitkan dengan peran umat awam.

Pada awalnya misdinar (Latin : acolite) adalah para frater. Selama masa pendidikannya, Gereja menganjurkan agar para frater minimal pernah menjadi baik sebagai putra altar maupun sebagai seremonarius (sebagai tambahan; seremoniarius adalah seseorang dalam Misa Kudus yang bertugas untuk mengatur agar Misa Kudus berjalan dengan lancar, baik dengan mengoordinasi selebran maupun umat dan petugas liturgi). Hal ini yang berdampak secara langsung kepada hal-hal berikut ini :

1. Pakaian liturgi resmi putra altar dari Takhta Suci Vatikan adalah jubah hitam (cassock) dipadukan dengan superpli, dikarenakan jubah hitam adalah pakaian sehari-hari para biarawan-biarawati zaman dahulu dan warna hitam melambangkan keadaan manusia yang penuh dosa (pengecualian dilakukan bagi para klerus yang berdomisili di daerah tropis; dikarenakan iklim yang cukup panas, diberikan privilese khusus dengan diperkenankan mengenakan jubah berwarna putih yang seharusnya hanya menjadi hak pribadi dan istimewa Paus).
2. istilah putra altar, karena sampai Konsili Vatikan II, hanya para frater yang menjalani tugas sebagai putra altar; kemudian Gereja membuka jalan bagi mereka yang mau melayani Tuhan dengan membantu imam selebran di altar namun tidak ingin menjalani kehidupan membiara dengan menjadi putra altar (penting ! sampai saat tersebut, hanya yang berjenis kelamin pria yang diperbolehkan; baik sudah menikah ataupun belum, dengan syarat usia minimal tertentu). Sampai pada Konsili Vatikan II, Gereja membuka jalan selebar-lebarnya bagi umat yang ingin berpartisipasi memeriahkan liturgi dan Misa Kudus dengan cara yang wajar dan berkenan kepada Allah, tanpa merusak keindahan liturgi itu sendiri. Pada masa itulah, istilah putri altar muncul dengan diperkenankannya mereka yang berjenis kelamin wanita ikut melayani sebagai misdinar di altar Tuhan.
Pada dasarnya tugas seorang putra atau putri altar adalah membantu imam selebran atau konselebran dalam memimpin Misa Kudus. Berikut rincian tugas mereka (baik dalam Misa biasa, Misa Hari Raya, atau Misa yang dipimpin oleh Uskup) :
1. Membawakan salib, lilin bernyala, wiruk dan dupa saat perarakan (Misa Hari Raya) atau tongkat uskup (Misa yang dipimpin oleh uskup; dengan turut mengenakan velum).
2. Mendupai imam selebran pada saat pembukaan setelah sampai di altar dan imam mendupai altar (apabila ada imam konselebran, maka tugas mendupai imam selebran diserahkan kepadanya, demikian pula jika ada uskup), (MISA HARI RAYA).
3. Kembali mendupai imam (jika dipimpin oleh imam selebran, maka yang didupai adalah dirinya, namun jika terdapat imam konselebran atau uskup, maka yang didupai ialah imam yang diberikan tugas membaca Injil) pada saat imam mempersiapkan diri untuk membaca Injil (pada saat Bait Pengantar Injil) (MISA HARI RAYA)
4. Membawa lilin bernyala pada saat imam membaca Bacaan Injil,
5. Membantu imam mengambil persembahan (jika umat yang menghantarkan persembahan),
6. Mengantarkan materi-materi Ekaristis ke altar (piala, sibori, ampul, wadah lavabo, dan lavabo),

Catatan penting !

Urutan 1 set piala : KORPORALE - PALLA - HOSTI - PATENA - PURIFIKATORIUM - PIALA


7. Menghantarkan wiruk bagi imam untuk mendupai materi Ekaristi setelah imam mengucapkan doa persiapan Ekaristi dan kemudian dilanjutkan dengan mendupai umat, (MISA HARI RAYA)

8. Mendupai pada saat konsekrasi (MISA HARI RAYA),

9. Membunyikan tanda-tanda tertentu pada saat Doa Syukur Agung (lonceng, gong, dll), yang telah disetujui oleh Gereja,

10. Membawa lilin bernyala pada saat pembagian komuni,

11. Membawa kembali 1 set piala dan sibori ke meja credens, dan

12. Membawa salib dan tongkat uskup dengan mengenakan velum pada saat perarakan (MISA HARI RAYA).

Keberadaan para misdinar di panti imam (sanctuarium) memberikan dampak langsung bagi keberlangsungan Misa karena secara jelas umat melihat ada pihak lain selain imam dan petugas liturgi yang berada di altar dan ini berarti pandangan umat bisa semakin terbagi-bagi dan bisa saja mengakibatkan umat tidak fokus selama Misa Kudus berlangsung. Oleh karena itu, setiap putra/putri altar yang bertugas diwajibkan untuk menjaga sikap dan bahasa selama bertugas dalam Misa. Hal ini tidak lain bertujuan untuk menjaga khidmatnya Misa Kudus dan sekaligus memberikan teladan bagi umat bagaimana mengikuti Misa Kudus dengan benar.

Berkaitan dengan kalimat terakhir, jelas bagi kita, secara tidak langsung, misdinar menjadi pewarta Gereja dalam hal memberitahukan kepada umat tata cara yang benar bagi umat dalam mengikuti Misa karena tata gerak yang dilakukan oleh misdinar selama Misa berlangsung adalah tata gerak yang sama dengan umat, namun berbeda dengan imam.

Hal kedua, misdinar memperoleh bagian khusus dalam misteri Ekaristi. Misdinar bersama-sama dengan imam selebran, mengambil bagian langsung dalam misteri agung iman tersebut. Misdinar menghantarkan materi Ekaristi dan imam yang mempersembahkannya kepada Allah. Setelah dikonsekrasi, misdinar berada dalam jarak yang paling dekat kedua dengan Allah yang mewujud dalam Tubuh dan Darah Kristus, setelah imam sendiri. Curahan rahmat Ekaristi yang begitu melimpah, baik disadari atau tidak, lebih dahulu turun kepada para misdinar, daripada kepada umat. Demikian pula, misdinar memperoleh pengetahuan yang lebih baik tentang Ekaristi daripada umat.

Begitu banyak rahmat yang dicurahkan Allah kepada mereka yang bersedia untuk melayani-Nya di altar dengan menjadi putra-putri altar. Namun, begitu amat sering pula, Allah bersedih hati melihat putra-putri altar-Nya malah melakukan tindakan-tindakan yang tidak layak selama mereka bertugas di altar. Tindakan-tindakan yang malah mencemarkan liturgi dan Misa Kudus itu sendiri.

Allah merindukan semakin banyak putra dan putri-Nya datang untuk melayani-Nya dalam Misa Kudus. Ia menantikan mereka yang mau dicurahkan rahmat oleh-Nya karena rahmat-Nya yang begitu berlimpah dan tanpa habis. Ia menunggu Anda untuk melayani sesama dalam Misa Kudus bukan hanya itu saja, dan Ia menunggu Anda untuk dikaruniai rahmat suci Ekaristi. Rahmat suci yang hanya bisa diberikan oleh Allah semata, bahkan tidak jarang, para misdinar dikaruniai rahmat yang tidak pernah didapatkan oleh orang lain dan rahmat yang paling tinggi juga pernah diraih oleh banyak putra-putri altar, yakni menjadi orang-orang kudus.

Selamat melayani.

Cintailah Tuhan dalam tugasmu.